Kamis, 15 Desember 2016

Diskriminasi Dan Etnosentrisme

Diskriminasi dan etnosentrisme


Kali ini saya akan membuat postingan yang bereferensi dari buku ilmu sosial dasar yang diterbitkan oleh Gunadarma dengan pengarang  Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk. Di buku itu ada bab, tepatnya bab 19 yang membahas tentang diskriminasi dan etosentrisme lalu saya pun tertarik untuk menulis dan membahasnya dalam blog pribadi saya ini.

Pengertian diskriminasi :

Diskriminasi adalah perlakuan tidak adil atau berat sebelah antara suatu pihak dengan pihak yang lainnya. Contoh : seorang anak pengusaha kaya serba di “anak emaskan” di sekolahnya dan serba di dahulukan ketimbang anak seorang yang biasa biasa saja.

Penyebab diskriminasi :

-       -    Latar belakang suatu pihak
-       -   Faktor kepribadian
-       -   Dilatar belakangi oleh sosio kultural
-       -  Adanya perbedaan perbedaan baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, agama,dsb.


Upaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi diskriminasi :

-       -   Perbaikan kondisi  sosial dan ekonomi
-        -  Sikap keterbukaan dan lapang dada
-         - Loyalitas yang tinggi
-         -Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
-         -Mengaplikasikan nilai nilai pancasila terutama sila ketiga


 Pengertian Etnosentrisme :

Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.
Baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Sekian artikel yang singkat ini dan semoga bermanfaat.

Teknologi Dan Kemiskinan

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan sering sekali dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Banyak orang yang menilai bahwa orang yang miskin itu berarti orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang kurang sehingga mereka tidak mampu untuk mencapai penghasilan yang banyak, atau bahkan ereka cenderung malas untuk bekerja.
Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak orang yang terus menerus menggali ilmu utuk dapat menciptakan sesuatu yang baru dan mempermudah pekerjaan individu atau kelompok. Tetapi tanpa sadar memiliki dampak negatif bagi kalangan masyarakat tertentu. Sehingga menyebabkan perekonomian yang tidak merata.
B. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah kali ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah softskill Ilmu Sosial Dasar tentang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat, memberikan informasi dan menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ?
Apa yang dimaksud dengan teknologi ?
Apa yang dimaksud dengan kemiskinan ?
Apa kaitan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan ?
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Jika dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Secara umum, Ilmu pengetahuan merupakan suatu pangkal tumpuan (objek) yang sistematis, mentoris, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif.
Jadi ilmu pengetahuan adalah sebuah dasar atau bekal bagi seseorang yang ingin mencapai suatu tujuan yang diharapkannya. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya.
Ilmu pengetahuan memberikan setiap manusia ilmu-ilmu dasar untuk melakukan sesuatu. Ilmu pengetahuan bisa dicari dimana saja, tidak hanya dari buku pelajaran saja. Tetapi ilmu pengetahuan juga bisa diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah, televisi, radio, komik sains, ataupun pengalaman seseorang bahkan dari kitab suci.
Syarat-syarat ilmu pengetahuan
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
2. 2 Teknologi
Pengertian Teknologi berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani : “techne“) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi merupakan “aplikasi ilmu” dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa aspek.
2. 3 Kemiskinan
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
 Penyebab Kemiskinan :
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
     Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
2. 4 Hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
 Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis. sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung sampah bisa berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang pengamen untuk berpikir kreatif dan memulai membuka suatu usaha dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
2. 5 Studi Kasus
Seorang anak dari kalangan menengah kebawah menyelesaikan study dengan gelar ahli dalam medis (kedokteran). Semua tak lepas dari dorongan spiritual dan material orang tua yang jerih payah untuk mewujudkan impian sang anak. Jelas bahwa ilmu penngetahuan yang dulu pernah di gapai semasa sekolah menghantarkan dia kini mejadi seorang yang begitu sibuk dengan tanggungjawabnya kepada para pasiennya. Keahliannya yang didukung dengan berbagai alat medis sangatlah berguna untuk medukung alat dalam pekerjaannya, dari sebuah alat teknologi seperti stetoscop dll. Saking sibuknya dia tidak peduli akan kondisi keluarganya sendiri di rumah terutama orang tuanya yang semakin bertambah usia dan beberapa penyakit menggerogoti orang tua itu. Dengan keterbatasan yang ada, orang tuanya yang lebih memilih untuk meminum obat-obatan yang di warung dengan alasan harga yang terjangkau, dan tanpa memperdulikan bahwa anaknya adalah seorang ahli kesehatan.
Melihat dari kasus tersebut terlihat bahwa ilmu pengetahuan dan alat teknologi belum seutuhnya dapat mengubah kemiskinan. Mungkin itu adalah sebagian contoh sederhana yang dapat kita temui di berbagai kalangan.
Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan (culture of proverty) atau suatu subkultur yang mempunyai struktur dan way of life yang telah menjadi turun – temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yang membudayakan) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb. Obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama dan meluasnya.
Kemiskinan di antaranya di sebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu subjek dan objek, dan antara subjek – subjek komponen-komponen yang merupakan bagian dan suatu sistem. Maka permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subjek-subjek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem.
BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Terutama dalam perkembangannya yang semakin pesat dari tahun ke tahun. Masyarakat mau tidak mau harus mengikuti perkembangan yang ada demi kemudahannya dalam beraktifitas, tetapi faktor penybaran perekonomian yang tidak merata menyababkan hal-hal yang ingin dicapai tidak dapat berjalan dengan maksimal.
3. 2 Pendapat
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat cepat dewasa ini. Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang telah dirilis untuk mempermudah suatu pekerjaan. Begitu banyak orang yang terus menggali ilmunya untuk menciptakan sesuatu. Tetapi di lain sisi masih banyak orang bahkan tidak bisa membaca. Padahal sumber daya manusia yang dapat membantu mereka yang kurang beruntung tersedia sudah semakin banyak. Tetapi banyak dari mereka yang tidak peduli dan fokus terhadap dirinya sendiri. Pemerintah juga kurang memberi kebijakan yang berarti yang baik bagi masyarakat modern maupun masyarakat tidak modern dengan kemiskinan yang dialaminya.
BAB IV 

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab8-ilmu_pengetahuan_teknologi_dan_kemiskinan.pdf

Masyarakat Dan Kebudayaan

Makalah Sosiologi "Masyarakat dan Kebudayaan"

Bab II
Pembahasan
Masyarakat Dan Kebudayaan
A.    Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syaraka yang artinya ikut serta atau berpartisipas. Sedangkan dalam bahasa inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Dalam literatur lainnya, masyarakat juga disebut dengan sistem sosial[1]. Untuk pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat, kita akan melihat pendapat beberapa para ahli sosiologi :
Emile Durkheim
Menurut sosiolog ini, masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang mengalami ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
M.J. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin
Masyarakat adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
1Idianto Muin: Sosiologi SMA/MA Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga,2006), hlm. 21 dan seterusnya
Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Masyarakat adalah kesataun hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama[2].
B.     Terbentuknya Masyarakat
Kelompok sosial atau masyarakat terbentuk karena manusia-manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Manusia mempunyai naluri untuk selalu berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan ini menghasilka pola pergaulan yang disebut pola interaksi sosial.
Untuk terbentuknya suatu masyarakat, paling sedikit harus terpenuhi tiga unsur berikut,
1)      Terdapat sekumpulan orang.
2)      Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama.
3)      Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan, dan kebudayaan kebendaan[3].
2Prof. Dr. Koentjaraningrat: Pengantar Ilmu Antropologi,(Jakarta: Rineka Cipta,2013)
3Idianto Muin: Sosiologi SMA/MA Jilid 1,(Jakarta: Erlangga,2006)
Ada istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatu-kesatuan khusu yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, dan perkumpulan[4].
C.     Pengertian Kebudayaan
Pada umumnya, istilah kebudayaan sering di artikan sama dengan kesenian, yatu seni suara, seni tari, dan seni-seni lainya. Tetapi bila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian meruoakan salah satu bagian dari kebudayaan.
Kebudayaan bila ditinjau dari Bahasa Indonesia, berasal dari bahasa sansekerta yaitu Budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil budi atau akal manusia untuk  mencapai kesempurnaan hidup[5].
E.B. Tylor (1987) merumuskan definisi kebudayaan adalah sebagai berikut: Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hokum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Leslie White mendefinikan kebudayaan ialah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari tindak-tindakkan (pola perilaku), benda-benda, ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan), dan perasaan-perasaan yang semuanya itu tergantung pada penggunaan simbol-simbol.
Koentjoroningrat, mengemukakan definisi kebudayaan ialah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang dibiasakaannya dengan belajar, beserta keseluruhan-keseluruhan dari hasil budi dan karya itu.
4 & 5 Harwantiyoko & Neltje F.Katuuk., Pengantar Sosiologi dan Ilmu sosial dasar.
Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya[6].
Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan memiliki arti yang lebih luas daripada itu. Kebudayaan meliputi semua hasil cipta, karsarasa dan karya manusia baik yang material maupun non material[7].
D.    Unsur-Unsur Kebudayaan
Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam antropologi, menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain[8]:
v  Sistem norma yang memungkinkan kerja sana antara sesama anggota masyarakat dalam menguasai alam sekelilingnya.
v  Organisasi ekonomi
v  Alat-alat dan lembaga pendidikan, termasuk keluarga sebagai lembaga pedidikan yang utama
v  Organisasi kekuatan
Sedangkan Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:
·           Alat-alat teknologi;
·           Sistem ekonomi;
·           Keluarga;
·           Kekuasaan politik.
6Burhan, Bungin., 2006, Sosiologi Komunikasi, Jakkarta: Kencana
7Harwantiyoko & Neltje F.Katuuk., Pengantar Sosiologi dan Ilmu sosial dasar.,      
8Soekarto, Soerjono., 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada
Semua unsur tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar kebudayaan yang biasa disebut dengan cultural universal. Unsur tersebut memiliki sifat universal, yaitu dapat ditemui pada setiap kebudayaan. Para ahli yang membahas masalah ini belum memiliki kesamaan pendapat. C. Kluckhohn menguraikan ulasan berbagai pendapat sarjana mengenai hal tersebut. Hal yang pokok dari pendapat para sarjana tersebut mengarah pada terdapatnya 7 unsur kebudayaan yang dianggap sebagai culture universal, yaitu[9]:
1.        Peralatan dan pelengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya).
2.        Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
3.        Sistem kemasyarakatan (sistem kerabatan, organisasi politik, sistem hokum, sistem perkawinan).
4.        Bahasa (lisan maupun tulisan)
5.        Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6.        Sistem pengetahuan.
7.        Religi (sistem kepercayaan).
Culture universal tersebut dapat diuraikan ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil lagi. Ralph Linton menyebutnya sebagai cultural activity, misalnya pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi yang termasuk cultural universal, meliputi kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakkan, sistem produksi, dan lainya. Kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut oleh Ralph Linton diperinci lagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil yang disebut dengan trait-complex. Misalnya kegiatan oertanian meliputi unsur-unsur irigasi, sistem mengolah tanah dengan bajak, dan lainnya.
9Harwantiyoko & Neltje F.Katuuk., Pengantar Sosiologi dan Ilmu sosial dasar., Gundarma
Trait complex dapat diperinci lagi ke dalam usur yang lebih kecil misalnya mengolah tanah dengan bajak, dapat dipecah ke dalam unsur yang kecil lagi, misalnya hewan yang membajak, teknik membajak, dan lainnya.
Dalam kebudayaan beberapa ahli sosiologi seperti Talcott Parson (sosiologi) dan A.L. Kroeber (antropologi) pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakkan dan aktivitas manusia yang terpola. Mereka berpendirian bahwa kebudayaaan itu ada tiga wujudnya, yaitu[10]:
1)        Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
2)        Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakkan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3)        Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan (adat-istiadat­) sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Wujud kedua adalah wujud sistem sosial atau social system dari kebudayaan sifatnya konkret, terjadi di sekeliling kita, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi.
Wujud ketiga adalah wujud kebudayaan fisik dari kebudayaan sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Kebudayaan fisik berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.
10 Prof. Dr. Koentjaraningrat: Pengantar Ilmu Antropologi,(Jakarta: Rineka Cipta,2013)
Ketiga wujud dari kebudayaan terurai tadi, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak pernah terpisah satu dengan yang lain. Tetapi untuk keperluan analisis perlu diadakan pemisah antara tiap-tiap wujud itu.
Semua unsur kebudayaan dapat dipandang dari sudut ketiga wujud masing-masing tadi. Sebagai contoh dapat kita ambil misalnya Universitas Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikkan tinggi, universitas tersebut merupakan suatu unsur dalam kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan. Oleh karena itu, universitas dapat merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal, khususnya terdiri dari cita-cita universitas, norma untuk karyawan, dosen atau mahasiswanya, aturan ujian, pandangan-pandangan, baik bersifat ilmiah maupun yang popular dan sebagainya11.
E.     Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat
Istilah “fungsi” itu dapat dipakai dalam bahasa sehari-hari maupun bahasa ilmiah denga arti yang berbeda-beda. Kebudayaan memiliki fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia atau masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materil. Kebutuan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi tujuh unsur, yaitu12:
1)      Alat-alat produksi;                5)  Pakaian dan perhiasan;
2)      Senjata;                                 6)  Tempat berlindung dan perumahan;
3)      Wadah;                                 7)  Alat-alat transport.
4)      Makanan dan minuman;

Individu keluarga Dan Masyarakat

Individu

Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.
ndividu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.


Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri.
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :

  • Unit terkecil dari masyarakat
  • Terdiri atas 2 orang atau lebih
  • Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
  • Hidup dalam satu rumah tangga
  • Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
  • Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
  • Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
  • Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
  1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
  2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
  3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
  • Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
  • Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
  • Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  • Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  • Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
  • Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  • Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
  • Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
  • Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian dan dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya. Ilmu untuk mempelajari masyarakat adalah Sosiologi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan masyarakat adalah :
  • Kumpulan sekian banyak individu yang terikat oleh satuan adat, hukum dan kehidupan bersama
  • Kesatuan sosial yang mempunyai hubungan erat
  • Kumpulan individu-individu yang mandiri dan hidup berdampingan dalam waktu yang cukup lama.


Hak Dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat
Hak ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh seseorang sebagai manusia. Hak ini dapat dipenuhi dengan memenuhinya atau dapat juga hilang seandainya pihak yang berhak merasa rela apabila haknya tidak dipenuhi.
Kewajiban ialah hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh seorang dari luar dirinya untuk memenuhi hak dari pihak yang lain.Yang dapat menentukan individu memiliki hak dan kewajiban adalah norma yang dianut, adat istiadat yang mentradisi dan agama yang diyakini.
Ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang dapat dimiliki oleh individu :
  1. Hak asasi yang bersifat natural, seperti hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak untuk mendapatkan kehormatan. Hak-hak tersebut yang menyebabkan manusia memperoleh kebebasan pada kurun waktu yang panjang
  2. Hak asasi yang bersifat umum, yaitu hak persamaan. Diperlukan seorang individu dalam kedudukannya sebagai individu dalm suatu masyarakat. Dalam hak persamaan tidak terdapat sifat diskriminasi golongan, jenis, bahasa, agama, pandangan politik, asal negara, tingkat sosial, kelahiran.

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
Individu barulah dikatakan sebagai individu apabila pada perilakunya yang khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Satuan-satuan lingkungan sosial yang mengelilingi individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas dan masyarakat.
1. Hubungan individu dengan keluarga
Individu memiliki hubungan yang erat dengan keluarga, yaitu dengan ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, dan adik. Hubungan ini dapat dilandasi oleh nilai, norma dan aturan yang melekat pada keluarga yang bersangkutan.
Dengan adanya hubungan keluarga ini, individu pada akhirnya memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya dalam keluarga.
2. Hubungan individu dengan lembaga
Lembaga diartikan sebagai sekumpulan norma yang secara terus-menerus dilakukan oleh manusia karena norma-norma itu memberikan keuntungan bagi mereka.
Individu memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dengan lembaga yang ada disekelilingnya. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk individu dalam membentuk kepribadian. Keindividuan dalam lingkungan pekerjaan dapat berperan sebagai direktur, ketua dan sebagainya. Jika individu bekerja, ia akan dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya.
3. Hubungan individu dengan komunitas
Komunitas dapat diartikan sebagai satuan kebersamaan hidup sejumlah orang banyak yang memiliki teritorial terbatas, memiliki kesamaan terhadap menyukai sesuatu hal dan keorganisasian tata kehidupan bersama.
Komunitas mencakup individu, keluarga dan lembaga yang saling berhubungan secara independen.
4. Hubungan individu dengan masyarakat
Hubungan individu dengan masyarakat terletak dalam sikap saling menjungjung hak dan kewajiban manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Mana yang menjadi hak individu dan hak masyarakat hendaknya diketahui dengan mendahulukan hak masyarakat daripada hak individu. Gotong royong adalah hak masyarakat, sedangkan rekreasi dengan keluarga, hiburan, shopping adalah hak individu yang semestinya lebih mengutamakan hak masyarakat.

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki relasi atau hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyrakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Dan barulah dikatakan sebagai individu jika individu bisa membaur dengan lingkungan sosialnya yaitu masyarakat.

Sumber: