Nama : Yohannes Leonard
Kelas : 3IB02C
NPM : 17416788
Tugas Dioda Semikonduktor
DIODA
SEMIKONDUKTOR
A. Semikonduktor
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika
sperti dioda, transistor dan sebuah IC. Disebut semikonduktor atau setengah
konduktor Karena bahan ini memang tidak terbuat dari bahan konduktor murni
(Okilas,2007).
Bahan bahan logam seperti tembaga, besi, timah disebut sebagai
konduktor yang baik, sebab logam memiliki susunan atom yang sedemikian rupa,
sehingga elektronnya dapat begerak bebas. Dimana pada bahan konduktor memiliki
elktron valensi (misalkan tembaga) 1 buah dan letaknya jauh dari nukleus,
sehinga ikatannya tidak terlalu kuat. Hanya dengan energi yang sedikit saja
electron terluar ini akan mudah terlepas dari ikatannya. Sedangkan isolator
merupakan bahan yang memiliki atom dengan elektron valensi sebanyak 8 buah, dan
dibutuhkan energi yang besar untuk dapat melepaskan elktron elekron ini
(Oklilas,2007).
Sehinga dapat disimpulakn bahwa bahan semikonduktor adalah
sebuah unsur yang susunan atomnya memiliki elektron valensi lebih dari 1 dan
kurang dari 8. Dimana bahan yang dikatakan paling semikonduktor adalah bahan
dengan elektron valensi sebanyak 4 buah (Oklilas, 2007).
Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah Silicon
(Si), Germanium (Ge), dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu merupakan
bahan satu satunya yang dikenal untuk membuat bahan semikonduktor. Namun
belakangan menjadi populer setelah ditemukan cara untuk mengekstrak bahan ini
dari alam. Dimana silikon merupakan bahan terbanyak kedua yang ada di bumi
setelah oksigen (o 2 ) (Oklilas, 2007). Jika suatu semikonduktor separuh
dikotori sehingga menjadi semikonduktor tipe P dan separuhnya lagi dikotori
sehingga menjadi semikonduktor tipe N, maka bidang yang membatasi kedua tipe
semikonduktor ini disebut sambungan tipe P-N. Sambungan ini tidak boleh dengan
menghubungkan semikonduktor tipe P dan N dengan menyoldir, atau melalui kabel
penghubung sebab akan menyebabkan struktur kristal terputus.
Sambungan
ini mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Pada
keadaan terbuka
Jika kedua ujung yang tidak tersambung tidak dihubungkan dengan
rangkaian luar maka dikatakan sambungan P-N dalam keadaan terbuka. Dalam
keadaan ini maka disekitar sambungan akan terjadi daerah pengosongan pembawa
muatan bebas yang juga disebut daerah muatan ruang serta terbentuk potensial
penghalang.
Jika di daerah P konsentrasi hole besar, konsentrasi elektron
bebas kecil dan jika didaerah N konsentrasi hole kecil, konsentrasi elektron
bebas besar maka perbedaan konsentrasi ini menyebabkan terjadinya difusi hole
dari P ke N dan elektron bebas dari N ke P. Hole yang bertemu dengan elektron
bebas akan berekombinasi sehingga netral. Akibatnya disekitar sambungan tidak
terdapat hole dan elektron bebas sehingga daerah ini disebut daerah pengosongan
pembawa muatan bebas (depletion region). Karena kehilangan hole dan elektron
bebas maka aseptor akan menjadi ion negatif dan donor akan menjadi ion positif
yang tetap ditempat atau diruang tersebut karena beratnya sehingga daerah itu
juga disebut daerah muatan ruang. Akibatnya di daerah itu akan terbentuk medan
listrik atau beda potensial yang menghalangi difusi lebih lanjut sehingga pada
sambungan terbuka ini akhirnya tidak terdapat arus listrik.
b. Pada
prasikap (prategangan) maju
Jika terminal P dihubungkan dengan kutub + baterei, sedang
terminal N dihubungkan dengan kutub – baterei, maka dikatakan sambungan diberi
prasikap/ prategangan maju (forward biased). Ini ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :
Akibat prasikap maju ini, maka hole di P-N didorong ke N oleh kutub + baterei, elektron bebas di N didorong ke P oleh kutub baterei, dan potensial penghalang diperkecil sehingga timbul arus listrik yang disebut arus maju (forward current) dari pembawa muatan mayoritas, seperti ditunjukkan dengan anak panah pada gambar. Arus ini dipertahankan terus selama baterei tetap memberikan energinya.
Akibat prasikap maju ini, maka hole di P-N didorong ke N oleh kutub + baterei, elektron bebas di N didorong ke P oleh kutub baterei, dan potensial penghalang diperkecil sehingga timbul arus listrik yang disebut arus maju (forward current) dari pembawa muatan mayoritas, seperti ditunjukkan dengan anak panah pada gambar. Arus ini dipertahankan terus selama baterei tetap memberikan energinya.
c. Pada
prasikap (prategangan) balik
Jika terminal P dihubungkan dengan kutub baterei – baterei,
sedang terminal N dihubungkan dengan kutub + baterei, maka dikatakan sambungan
diberi prasikap balik (reverse biased). Dan ditunjukkan pada gambar berikut :
Akibat prasikap
balik ini maka hole di P ditarik oleh kutub-kutub bateray menjauhi sambungan,
elektron bebas di N ditarik oleh kutub + bateray menjauhi sambungan, sehingga
daerah muatan ruang dan potensial penghalang diperbesar. Ini mengakibatkan
tidak akan terjadi arus listrik dari pembawa muatan mayoritas. Tetapi terdapat
arus linstrik yang sangat kecil (dalam orde A) yang disebabkan oleh pembawa
muatan minoritas. Seperti telah diuraikan, bahwa semi konduktor tipe P
mempunyai muatan minoritas elektron bebas, sedangkan semi konduktor tipr N
mempunyai muatan minoritas hole yang jumlahnya sangat sedikit, yang adanya
akibat suhu. Muatan-muatan minoritas ini mendapat prasikap maju dari baterei
sehingga mengalirkan arus yang disebut arus balik (Io) atau arus jenuh balik
(Is).
1. Tipe
–N
Misalkan pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau
arsenin yang pentavalen yaitu bahn kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron
valensi. Dengan doping, silikon yang tidak lagi murni ini akan memiliki
kelebihan elektron (Oklilas, 2007).
Kelebihan elektron inilah yang membentuk bahan semikonduktor
tipe-N. Semikonduktor tipe-N disebut juga donor yang siap melepaskan elekron
(Oklilas, 2007).
Gambar II.1 Doping atom pentavalen
Gambar II.1 Doping atom pentavalen
2. Tipe-P
Kalau silikon diberikan doping Boron, Galium atau Indium, maka
akan didapatkan semikonduktor tipe-P. Untuk mendapatkan semikonduktor tipe ini,
bahan dopingnya adalah bahan trivalen yaitu unsur yang memiliki 3 elektron dapa
pita valensi. Karena ion silikon memiliki 4 elektron dengan demikian akan ada
ikatan kovalen yang bolong (hole). Hole ini digambarkan sebagai akseptor yang
siap menerima elektron. Dengan demikian kekurangan elektron menyebabkan
semikonduktor ini menjadi tipe-P (Oklilas, 2007).
Sehinga dapat disimpulakn bahwa bahan semikonduktor adalah
sebuah unsur yang susunan atomnya memiliki elektron valensi lebih dari 1 dan
kurang dari 8. Dimana bahan yang dikatakan paling semikonduktor adalah bahan
dengan elektron valensi sebanyak 4 buah (Oklilas, 2007).
Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah Silicon
(Si), Germanium (Ge), dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu merupakan
bahan satu satunya yang dikenal untuk membuat bahan semikonduktor. Namun
belakangan menjadi populer setelah ditemukan cara untuk mengekstrak bahan ini
dari alam. Dimana silikon merupakan bahan terbanyak kedua yang ada di bumi
setelah oksigen (o 2 ) (Oklilas, 2007).
Gambar II.2 Doping atom trivalent
Gambar II.2 Doping atom trivalent
B. Pengertian
dan Cara Kerja Dioda
Dioda merupakan salah satu komponen semikonduktorr. Disebut semi
konduktor atau setengah konduktor karena bahan ini tidak disusun dari konduktor
murni (Zaki, 2005). Dioda ini merupakan komponen sederhana yang terbuat oleh
bahan semikonduktor bahan yang umum digunakan dioda ialah silikon (Adi, 2010).
Selain dioda silikon keadaannya telah dilakukan penggunaan CuO sebagai bahan
pembuat dioda (Tombak, 2015).
Gambar II.3 Foward Bias
Gambar II.3 Foward Bias
Jika dua tipe bahan semikonduktor dilekatkan maka akan
didapatkan sambungan PN-Juction. Hubungan PN ini hanya dapat meneruskan arus
apabila diberikan tegangan bias maju, yaitu P (anoda) dihubungkan dengan
terminal positif catu daya dan N (katoda) dengan terminal negatif catu daya.
Jika hubungan ini dibalik maka dikatakan bahwa dioda menjadi tegangan bias
mundur dan tidak dapat mengalirkan arus listrik. Karakteristik inilah yang menyebabkan
dioda dapat bekerja sebagai penyearah arus listrik (Adi, 2010).
Gambar II.4 Simbol Dioda
Gambar II.4 Simbol Dioda
Fungsi utama dioda adalah penyearah arus AC menjadi arus DC.
Selain itu dioda juga berfungsi sebagai pengaman dari beban induktif, misalnya
solenoid, relay ataupun motor listrik. Pada saat dipadamkan maka beban induktif
akan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat merusak transistor
maupun IC lain yang berfungsi sebagai input. Pada saat inilah dioda berfungsi
sebagai pengaman komponen lainnya (Adi, 2010) selain itu diode juga telah
memiliki fungsi yang lain yaitu pada penerapan diode PN-Juction ternyata juga
dapat diaplikasikan sebagai sel surya (Ginting, 2006).
Biasanya nilai breakdown voltage dioda cukuplah tinggi yaitu,
>50V. Namun, terdapat satu jenis dioda yang memiliki nilai breakdown yang
rendah, dioda ini dinamakan dioda Zenner. Dioda Zenner ini dapat mempertahankan
tegangan hingga mendekati konstan pada rentang besar arus yang berbeda hal ini
dikarenakan dioda ini memiliki breakdown voltage tertentu (Adi, 2010).
Pada dasarnya dioda zenner memiliki karakteristik maju mundur.
Pada diode zenner bias maju bernilai Vji=0 sedangkan pada bias mundur terjadi
pada saat terjadi gejala yang serupa breakdown pada dioda rectifier. Dioda
zenner akan menghantarkan tanpa adanya kerusakan, tegangan inilah yang
selanjutnya disebut tegangan zenner (Ahmad, 2007).
Gambar II.5 Nilai tegangan dan arus dioda zenner
Gambar II.5 Nilai tegangan dan arus dioda zenner
Karakteristik ini sangatlah cocok digunakan sebagai regulator
tegangan, dikarenakan dapat memelihara tegangan stabil untuk variasi dan nilai
catu daya dan resistansi suatu beban (Adi, 2010). Sedangkan pada Light Emiting
Dioda memiliki prinsip kerja yang berbeda, pada dioda ini ketika elektron
bergerak melewati PN-Juction, maka akan terjadi perpindahan elektron diantara
pita valensi dan konduksi. Jika atom berpindah dari pita konduksi yang tingkat
energinya lebih tinggi menuju pita valensi yang memiliki tingkat energi yang
lebih rendah maka akan terdapat energi yang dikeluarkan. Energi ini dapat berupa
panas maupun cahaya. Prinsip inilah yang mendasari kerja suatu LED (Adi, 2010).
Dimana ketika LED dialirkan arus maka akan menghasilkan output
berupa cahaya. Cahaya yang dihasilkan ini proposional terhadap arus yang
mengalir. Maksudnya intensitas cahaya yang dihasilkan akan berbanding lurus
dengan banyaknya arus yang mengalir pada LED. Keuntungan dari penggunaan LED
ini adalah konsumsi daya yang rendah (Adi, 2010).
Apabila prinsip kerja dari LED dibalik maka akan terbentuk dioda
jenis lain, yaitu fotodioda. Dimana pada saat normal fotodioda tidak mampu
mengalirkan arus ketika diberi tegangan bias mundur. Namun saat terkena cahaya
fotodioda dapat mengalirkan arus saat diberi tegangan bias mundur (Adi, 2010).
Indeks bias dioda ada dua macam yaitu, bias positif atau bias maju (forward
bias) dan bias negatif atau bias mundur (reverse bias). Pada kondisi bias
positif, anode lebih positif dari katode (Ahmad, 2007).
Gambar II.6 Kondisi bias positif
Gambar II.6 Kondisi bias positif
Apabila nilai maka akan terjadi arus difusi didalam dioda untuk
hole dari P ke N untuk elekton dari N ke P. Arus difusi ini kemudian akan
diimbangi oleh aliran arus dari kutup positif sumber ke dioda dan berakhir ke
kutub negative sumber. Dikatakan dioda penghantar apabila kondisi tegangan
anode katode berkisar Vji yang disebut dengan cut in thereshold untuk Si Vji
0,6-0,7 V Ge 0,3-0,4. Biasanya tegangan anode katode agak sedikit lebih diatas
Vij. Pada bias positif, dioda bersifat serupa dengan konduktor dengan nilai
hambatan yang disebut hambatan maju (RF). Nilai RF=RP+RN. RP dan RN disebut
hambatan bulk (Ahmad, 2007).
a. Pengertian
Dioda
Dioda merupakan komponen elektronika yang mempunyai dua
elektroda (terminal), dapat berfungsi sebagai penyearah arus listrik. Ada dua
jenis dioda yaitu dioda tabung dan dioda semikonduktor. Dalam pembahasan ini
hanya dibahas dioda semikonduktor. Dioda semikonduktor dibuat dari sambungan
P-N ini. Terminal pada P disebut anoda, sedang terminal N disebut katoda.
Perhatikan gambar B1 dibawah ini :
Pada gambar gambar a menunjukkan sambungan P-N nya, sedang
gambar b menunjukkan lambang atau simbolnya. Arah panah menunjukkan arah hole
(arus listrik) jika diberi tegangan maju (prasikap maju).
b. Spesifikasi
Dioda
Beberapa spesifikasi dioda yang penting antara lain : tegangan
puncak, arus maju rata-rata, arus sentakan maju, tegangan maju maksimum,
tegangan maju, arus balik, disipasi daya dan waktu pulih balik.
Cara pengecekan dioda apakah rusak atau tidak dapat dengan
menggunakan multitester yang selektornya diletakkan pada posisi ohm meter. Maka
pada arah maju (prasikap maju) tahanannya akan kecil, pada umumnya < 100W.
Sedang pada arah balik (prasikap balik) tahanannya > 5000W. Perlu diingat
bahwa colok + pada multitester justru terhubung dengan kutub – baterei, sedang
colok – pada multitester justru terhubung dengan kutub + baterei.
Jika hasil pengukuran menunjukkan :
1. Kedua
tahanannya (tahanan maju dan balik) sangat besar, maka diode telah putus.
2. Kedua
tahanannya sangat kecil, maka dioda terhubung singkat.
3. Pada
satu arah (forward bias) tahanannya kecil dan pada arah yang lain (reverse
biased) tahanannya besar, maka dioda baik.
c. Karakteristik
Dioda
Karakteristik dioda dapat ditunjukkan oleh hubungan antara arus
yang lewat dengan beda potensian ujung-ujungnya. Karakteristik diode pada
umumnya diberikan oleh pabrik, tetapi dapat juga diselidiki sendiri dengan
rangkaian seperti gambar berikut.
Dengan memvariasi potensio P dan mencatat V dan I kemudian
menggambarkan dalam grafik, maka diperoleh kurve karakteristik diode
(karakteristik statis). Pada umumnya hasilnya adalah seperti pada gambar
berikut.
Tampak untuk dioda Ge, arus baru mulai ada pada tegangan 0,3 V sedang untuk dioda Si pada 0,7 V. Tegangan ini sesuai dengan tegangan penghalang pada sambungan P-N, dan disebut tegangan patah atau tegangan lutut (cut in voltage atau knee voltage).
Tampak untuk dioda Ge, arus baru mulai ada pada tegangan 0,3 V sedang untuk dioda Si pada 0,7 V. Tegangan ini sesuai dengan tegangan penghalang pada sambungan P-N, dan disebut tegangan patah atau tegangan lutut (cut in voltage atau knee voltage).
Tampak pula bahwa arus IR = Io dalam orde μA, sedang arus maju
IF dalam orde mA. Dari lengkungan kurve yang tidak linier, maka tentu saja
tahanan dioda tidak tetap, baik tahanan maju maupun tahanan baliknya. Jika
tegangan balik diperbesar maka akan mencapai keadaan arus meningkat secara
tajam, yang hanya dapat dibatasi oleh tahanan luar. Tegangan kritis ini disebut
tegangan dadal (break down voltage = peakinverse voltage).